Pantai
merupakan tempat bertemunya antara lautan dan daratan.. Pada dasarnya pantai
telah memiliki keindahan secara natural tanpa perlu dibangun struktur untuk
memperindahnya. Namun beberapa pihak berusaha memanfaatkan potensi pantai untuk
kepentingan pribadi. Pada dasarnya pembangunan pantai termasuk infrastrukturnya
sangat baik. Asal dilakukan sesuai dengan aturan yang ada dan tidak berlebihan.
Namun pada praktek kenyataannya banyak pembangunan infrastruktur yang justru
merusak kelestarian pantai itu sendiri.
Potensi pantai di
Indonesia
Seperti yang kita ketahui negara Indonesia
adalah negara kepulauan dengan predikat salah satu negara yang mempunyai garis
pantai terpanjang di dunia. Menurut koreksi PBB
tahun 2008, Indonesia merupakan negara dengan garis pantai terpanjang keempat
di dunia setelah Amerika Serikat (AS), Kanada dan Rusia. Panjang garis pantai
Indonesia tercatat sebesar 95.181 km. Pantai dengan segala keindahannya
yang natural dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi siapapun dan dengan
kepentingan apapun untuk memanfaatkannya. Pantai adalah suatu tempat yang
sebenarnya tanpa dibangun apapun sudah sangat indah dan menyimpan berbagai
macam potensi. Pemanfaatan potensi pantai sangat beragam misalnya saja sebagai
obyek wisata, penangkaran satwa, industri bagi petani garam, budidaya ikan,
hutan magrove, dan lain sebagainya. Dari sekian banyak potensi yang tersimpan
dibalik keindahan pantai, maka kelestarian pantai perlu dijaga. Pantai pun
sejatinya telah memiliki proteksi sendiri terutama terhadap gelompang air laut
yang sering kali mengakibatkan perubahan garis pantai yang sering kali sifatnya
menggerus pasir pantai yang pada akhirnya berdampak rusak dan hilangnya pantai.
Potensi Manfaat
Pantai
Pantai adalah daerah
pertemuan daratan dan lautan yang mendapat pengaruh gelombang. Pesisir adalah
daerah laut yang berada di antara garis batas air pasang naik dan garis batas
air pasang surut. Pesisir merupakan bagian dari pantai.
Pantai memiliki banyak
manfaat ekosistem pantai, antara lain sebagai berikut:
A.
Sumber protein hewani.
Pantai adalah tempat para
nelayan memulai hari untuk mencari ikan. Laut menyimpan banyak sekali sumber
daya hewani yang beraneka ragam, tak hanya itu daerah pantai yang terdapat
hutan mangrove juga menyimpan sumber daya ikan yang kaya akan protein. Hutan
bakau adalah tempat berkembang biak yang baik untuk beberapa jenis ikan
tertentu. Pantai yang landai merupakan daerah potensial untuk budi daya udang
windu dan ikan bandeng
B.
Sumber penghasilkan kayu.
Hutan bakau yang terdapat
dipesisir pantai juga menyimpan cadangan kayu yang bisa dimanfaatkan warga
sekitar. Diantara tanaman bakau juga terdapat pohon0pohon nipah yang berguna
untuk pembuatan atap rumah. Namun dalam pengambilan sumber daya kayu ini tetap
perlu diperhatikan frekuensinya, jangan sampai hutan bakau gundul karena
pembalakan kayu bakau yang berlebihan.
C.
Sebagai daerah pertanian pasang surut
Daerah pantai sering kali
dianggap sebagai lahan yang tidak produktif untuk pertanian. Namun, jika dikaji
lebih dalam ternyata di Indonesia sudah banyak pantai yang dijadikan tempat
pertanian pasang surut.
D.
Sebagai tempat tinggal bagi nelayan tradisional.
Sudah jelas para nelayan tradisional
bertempat tinggal di pesisir pantai, para petani membangun perkampungan di
pesisir pantai dengan infrastruktur yang memadai. Membangun pasar, tempat
beribadah, tempat sekolah, bahkan membangun tempat wisata.
Hutan Mangrove dan Manfaatnya
Mangrove adalah sebuah tumbuhan yang tumbuh
disekitar daerah pasang surut atau tepi laut. Tempat yang sering kali terjadi
pelumpuran dan akumulasi bahan organik adalah tempat untuk berkembangnya
mangrove atau yang biasa disebut hutan mangrove. hutan mangrove menjaga garis pantai agar tetap stabil,
melindungi pantai dan tebing sungai, mencegah terjadinya erosi laut serta sebagai perangkap
zat-zat pencemar dan limbah, mempercepat perluasan lahan, melindungi daerah di
belakang mangrove dari hempasan
dan gelombang dan angin kencang, mencegah intrusi garam (salt intrution) ke
arah darat, mengolah limbah organik, dan sebagainya. Bahkan menurut Istiyanto, Utomo dan Suranto (2003) menyimpulkan bahwa rumpun
bakau (Rhizophora) memantulkan, meneruskan, dan menyerap energi gelombang
tsunami yang diwujudkan dalam perubahan tinggi gelombang tsunami ketika
menjalar melalui rumpun tersebut. Bahkan saat bencana Tsunami menerjang pantai
di wilayah provinsi Aceh, keberadaan hutan bakau terbukti ampuh dapan meredam
(mengurangi) gelombang yang masuk kedaratan. Vegetasi mangrove juga dapat
menyerap dan mengurangi pencemaran (polutan). Jaringan anatomi tumbuhan
mangrove mampu menyerap bahan polutan, misalnya seperti jenis Rhizophora. Selain itu hutan mangrove mempunyai
fungsi sebagai daerah berkembang biak (nursery ground), tempat memijah
(spawning ground), dan mencari makanan (feeding ground) untuk berbagai
organisme yang bernilai ekonomis khususnya ikan dan udang. Habitat berbagai
satwa liar antara lain, reptilia,
mamalia, hurting dan lain-lain. Selain itu, hutan mangrove juga merupakan
sumber plasma nutfah. Ekosistem hutan mangrove memiliki produktivitas yang
tinggi. Produktivitas primer ekosistem mangrove ini sekitar 400-500 gram
karbon/m2/tahun adalah tujuh kali lebih produktif dari ekosistem perairan
pantai lainnya (White, 1987).
Permasalahan
Pantai
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
timbulnya permasalahan di pesisir pantai yang pada akhirnya dapat merusak
kelestarian pantai itu sendiri. Adapun beberapa faktor tersebut antara lain;
A.
Faktor
Alam
Sejumlah pantai di kawasan perairan Indonesia
banyak yang rusak. Hasil survei Kementerian Pekerjaan Umum PU 2007 lalu bahkan menyatakan, 20 persen
garis pantai Indonesia berada dalam kondisi rusak. Kerusakan diukur hingga
sepanjang 95,181kilometer dan menjadi kerusakan terpanjang keempat di dunia
setelah Kanada, Amerika Serikat dan Rusia. Dampak kerusakan itu mengancam
tenggelamnya keberadaan pulau terluar Indonesia, yaitu Pulau Nipah di kawasan
Kepulauan Riau berbatasan dengan Selat Singapura. Faktor alam menjadi
penyebabnya banyaknya pantai rusak. Terjadinya pemanasan global sehingga
mengakibatkan mencairnya glester di daerah kutub memicu naiknya permukaan air
laut, meningkatkan ketinggian gelombang pasang sehingga merusak pantai.
B.
Faktor
Manusia
Banyak pihak yang ingin memanfaatkan
kelestarian pantai untuk meningkatkan komoditi ekonomi. Pada dasarnya gagasan
ini bagus jika dilakukan sesuai aturan. Namun pada praktek kenyataannya
pembangunan infrastruktur yang berlebihan dapat mengganggu kelestarian pantai
itu sendiri.
Permasalahan
hutan Mangrove
Hutan mangrove sejatinya memiliki nilai
ekonomis yang tinggi yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar wilayah
hutan mangrove. Dari kawasan hutan mangrove
dapat diperoleh tiga macam manfaat. Pertama, berupa hasil hutan, baik bahan
pangan maupun bahan keperluan lainnya. Kedua, berupa pembukaan lahan mangrove
untuk digunakan dalam kegiatan produksi baik pangan maupun non-pangan serta
sarana/prasarana penunjang dan pemukiman. Manfaat ketiga berupa fungsi fisik
dari ekosistem mangrove berupa perlindungan terhadap abrasi, pencegah terhadap
rembesan air laut dan lain-lain fungsi fisik. Menurut Saenger et al. (1983),
hutan mangrove juga berperan dalam pendidikan, penelitian dan pariwisata. Hutan
mangrove juga berfungsi untuk menopang kehidupan manusia, baik dari sudut
ekologi, fisik, maupun sosial ekonomi misalnya untuk menahan ombak, menahan
intrusi air laut ke darat, dan sebagai habitat bagi biota laut tertentu untuk
bertelur dan pemijahannya. Hutan mangrove dapat pula dikembangkan sebagai
wilayah baru dan untuk menambah penghasilan petani tambak dan nelayan,
khususnya di bidang perikanan dan garam. Di samping itu, hutan mangrove sebagai
suatu ekosistem di daerah pasang surut, kehadirannya sangat berpengaruh
terhadap ekosistem-ekosistem lain di daerah tersebut. Pada daerah ini akan
terdapat ekosistem terumbu karang, ekosistem padang lamun, dan ekosistem
estuari yang saling berpengaruh antara ekosistem yang satu dengan lainnya.
Dengan demikian, terjadinya kerusakan/gangguan pada ekosistem yang satu tentu
saja akan mengganggu ekosistem yang lain.
Namun dengan seiring
berjalannya waktu, keunggulan-keunggulan fungsi hutan mangrove tersebut dirasa
masih kurang optimal oleh orang-orang yang pintar dan tidak bertanggung jawab.
Salah satu contoh ialah pengalih fungsian hutan mangrove menjadi perkebunan
kelapa sawit. Memang benar adanya bahwa hasil dari kelapa sawit lebih
menguntungkan dibandingkan hutan mangrove. Namun, hal ini sejatinya tidak akan
bertahan lama.
Kondisi alam semakin lama semakin tidak
bersahabat pemanasan global menyebabkan naiknya permukaan air laut. Hal ini
akan berdampak semakin besar gelombang yang akan terjadi disekitar pesisir yang
akan berdampak abrasi pada pantai. Jika hal ini terjadi maka lenyaplah sudah
pantai dan tak ada lagi yang bisa dimanfaatkan. Bahkan menurut FAO (1982), di
kawasan Asia dan Pasifik, areal mangrove juga digunakan sebagai lahan cadangan
untuk transmigrasi, industri minyak, pemukiman dan peternakan. Belum lagi di
kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya alih fungsi hutan mangrove menjadi
perumahan mewah marak terjadi. Misalnya saja di surabaya, kawasan elit yang
dibangun di daerah timur Surabaya telah mengilangkan puluhan hektar hutan
mangrove demi keuntungan finansial. Bagaimana ini bisa terjadi? Apa yang
terjadi jika ekosistem dirusak? Tidak kah para pengusaha berfikir apa yang
terjadi pada 5-10 tahun mendatang? Jika gelombang pasang tinggi datang lalu
menerjang perumahan mewah itu sendiri, berapa banyak kerusakan yang terjadi?
Berapa banyak jiwa yang harus melayang? Siapakah yang bertanggung jawab? Lalu
siapakah yang pada awal pembangunan memberikan ijin? Mari kita renungkan
sejanak. Mewang secara finansial ini adalah bisnis besar yang dapat
menghasilkan banyak uang, namun jika keseimbangan alam dikorbankan maka hal
buruk bisa datang kapan saja tanpa isyarat pemberitahuan sebelumnya.
Alternatif
Penyelamatan pantai
Disadari atau tidak, suka
atau tidak kenyataannya bahwa keberlangsungan hidup makhluk hidup terutama
manusia sangat bergantung pada lingkungan hidup tempat ia tinggal baik
lingkungan darat, udara, maupun lautan. Lingkungan hidup yang dimaksud di sini
adalah lingkungan alam sebagai tempat tinggal, tempat bekerja, tempat
berinteraksi dengan orang lain maupun alam. Sumberdaya alam tertentu juga
mempunyai keterbatasan menurut ruang dan waktu. Oleh sebab itu diperlukan
pengelolaan sumberdaya alam yang baik dan bijaksana. Antara lingkungan dan
manusia saling mempunyai kaitan yang erat. Ada kalanya manusia sangat
ditentukan oleh keadaan lingkungan di sekitarnya. Keberadaan sumberdaya alam,
air, tanah dan sumberdaya yang lain menentukan aktivitas manusia sehari-hari.
Kita tidak dapat hidup tanpa udara dan air. Sebaliknya ada pula aktivitas
manusia yang sangat mempengaruhi keberadaan sumberdaya dan lingkungan di
sekitarnya. Kerusakan sumberdaya alam banyak ditentukan oleh aktivitas manusia.
Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi
lingkungan hidup yang meliputi kebijakan penataan, pemanfaatan, pengembangan,
pemeliharaan, pemulihan, pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup,
sedangkan yang dimaksud lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua
benda, daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang
mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk
hidup lain. perencanaan penyelamatan pesisir dibutuhkan karena Indonesia rentan
terhadap dampak perubahan iklim. "Jika air laut naik 50 cm, diperkirakan
2.000 pulau kita akan hilang. Semua pihak mengakui bahwa program pemerintah
dalam upaya rehabilitas dan mitigasi merupakan sebuah langkah setrategis untuk
menjaga kelestarian hutan mangrove, Akan tetapi pada kenyataanya program
tersebut kurang berhasil. Menurut penulis ada dua aspek yang perlu ditempuh
atau dilakukan untuk mendukung program pemerintah tersebut agar berjalan lancar
dan berhasil, yaitu: Pertama, Keterlibatan/partisipasi Masyarakat. Peran serta
atau keterlibatan masyarakat dalam upaya pengembangan wilayah, khususnya
rehabilitasi hutan mangrove sangan penting dan perlu dilakukan. Pemerintah baik
pusat maupun daerah harus memberikan kesempatan pada masyarakat untuk ikut serta
terlibat dalam pengelolaan dan pelestarian hutan mangrove. Selamatkan Ekosistem
Hutan Mangrove. Demi lingkungan bumi, demi anak cucu manusia, demi masa depan
planet ini, dan demi bumi yang lebih bersahabat bagi manusia. Beri dukungan
(moral dan material) pada usaha-usaha yang bertujuan menjaga kelestarian hutan
mangrove, baik itu di dunia maupun di Indonesia. Beri dukungan bagi
kebijakan-kebijakan pelestarian hutan mangrove dan lawan segala bentuk
eksploitasi hutan mangrove demi kepentingan ekonomi. Berikan pendidikan
pelestarian lingkungan sejak dini. Dan ajarkan bahwa pelestarian hutan adalah
salah satu cara membuat bumi semakin baik.