Entri Populer

Kamis, 16 Mei 2013

Pemanfaatan Pantai untuk Mendongkrak Pemasukan Ekonomi Justru akan Berpotensi Menimbulkan Bencana Alam


Pantai merupakan tempat bertemunya antara lautan dan daratan.. Pada dasarnya pantai telah memiliki keindahan secara natural tanpa perlu dibangun struktur untuk memperindahnya. Namun beberapa pihak berusaha memanfaatkan potensi pantai untuk kepentingan pribadi. Pada dasarnya pembangunan pantai termasuk infrastrukturnya sangat baik. Asal dilakukan sesuai dengan aturan yang ada dan tidak berlebihan. Namun pada praktek kenyataannya banyak pembangunan infrastruktur yang justru merusak kelestarian pantai itu sendiri.


Potensi pantai di Indonesia
Seperti yang kita ketahui negara Indonesia adalah negara kepulauan dengan predikat salah satu negara yang mempunyai garis pantai terpanjang di dunia. Menurut koreksi PBB tahun 2008, Indonesia merupakan negara dengan garis pantai terpanjang keempat di dunia setelah Amerika Serikat (AS), Kanada dan Rusia. Panjang garis pantai Indonesia tercatat sebesar 95.181 km. Pantai dengan segala keindahannya yang natural dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi siapapun dan dengan kepentingan apapun untuk memanfaatkannya. Pantai adalah suatu tempat yang sebenarnya tanpa dibangun apapun sudah sangat indah dan menyimpan berbagai macam potensi. Pemanfaatan potensi pantai sangat beragam misalnya saja sebagai obyek wisata, penangkaran satwa, industri bagi petani garam, budidaya ikan, hutan magrove, dan lain sebagainya. Dari sekian banyak potensi yang tersimpan dibalik keindahan pantai, maka kelestarian pantai perlu dijaga. Pantai pun sejatinya telah memiliki proteksi sendiri terutama terhadap gelompang air laut yang sering kali mengakibatkan perubahan garis pantai yang sering kali sifatnya menggerus pasir pantai yang pada akhirnya berdampak rusak dan hilangnya pantai.

Potensi Manfaat Pantai
Pantai adalah daerah pertemuan daratan dan lautan yang mendapat pengaruh gelombang. Pesisir adalah daerah laut yang berada di antara garis batas air pasang naik dan garis batas air pasang surut. Pesisir merupakan bagian dari pantai.
Pantai memiliki banyak manfaat ekosistem pantai, antara lain sebagai berikut:
A.    Sumber protein hewani.
Pantai adalah tempat para nelayan memulai hari untuk mencari ikan. Laut menyimpan banyak sekali sumber daya hewani yang beraneka ragam, tak hanya itu daerah pantai yang terdapat hutan mangrove juga menyimpan sumber daya ikan yang kaya akan protein. Hutan bakau adalah tempat berkembang biak yang baik untuk beberapa jenis ikan tertentu. Pantai yang landai merupakan daerah potensial untuk budi daya udang windu dan ikan bandeng
B.     Sumber penghasilkan kayu.
Hutan bakau yang terdapat dipesisir pantai juga menyimpan cadangan kayu yang bisa dimanfaatkan warga sekitar. Diantara tanaman bakau juga terdapat pohon0pohon nipah yang berguna untuk pembuatan atap rumah. Namun dalam pengambilan sumber daya kayu ini tetap perlu diperhatikan frekuensinya, jangan sampai hutan bakau gundul karena pembalakan kayu bakau yang berlebihan.
C.    Sebagai daerah pertanian pasang surut
Daerah pantai sering kali dianggap sebagai lahan yang tidak produktif untuk pertanian. Namun, jika dikaji lebih dalam ternyata di Indonesia sudah banyak pantai yang dijadikan tempat pertanian pasang surut.

D.    Sebagai tempat tinggal bagi nelayan tradisional.
Sudah jelas para nelayan tradisional bertempat tinggal di pesisir pantai, para petani membangun perkampungan di pesisir pantai dengan infrastruktur yang memadai. Membangun pasar, tempat beribadah, tempat sekolah, bahkan membangun tempat wisata.

Hutan Mangrove dan Manfaatnya
Mangrove adalah sebuah tumbuhan yang tumbuh disekitar daerah pasang surut atau tepi laut. Tempat yang sering kali terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik adalah tempat untuk berkembangnya mangrove atau yang biasa disebut hutan mangrove. hutan mangrove menjaga garis pantai agar tetap stabil, melindungi pantai dan tebing sungai, mencegah terjadinya erosi laut serta sebagai perangkap zat-zat pencemar dan limbah, mempercepat perluasan lahan, melindungi daerah di belakang mangrove dari hempasan dan gelombang dan angin kencang, mencegah intrusi garam (salt intrution) ke arah darat, mengolah limbah organik, dan sebagainya. Bahkan menurut Istiyanto, Utomo dan Suranto (2003) menyimpulkan bahwa rumpun bakau (Rhizophora) memantulkan, meneruskan, dan menyerap energi gelombang tsunami yang diwujudkan dalam perubahan tinggi gelombang tsunami ketika menjalar melalui rumpun tersebut. Bahkan saat bencana Tsunami menerjang pantai di wilayah provinsi Aceh, keberadaan hutan bakau terbukti ampuh dapan meredam (mengurangi) gelombang yang masuk kedaratan. Vegetasi mangrove juga dapat menyerap dan mengurangi pencemaran (polutan).  Jaringan anatomi tumbuhan mangrove mampu menyerap bahan polutan, misalnya seperti jenis Rhizophora. Selain itu hutan mangrove mempunyai fungsi sebagai daerah berkembang biak (nursery ground), tempat memijah (spawning ground), dan mencari makanan (feeding ground) untuk berbagai organisme yang bernilai ekonomis khususnya ikan dan udang. Habitat berbagai satwa liar antara lain, reptilia, mamalia, hurting dan lain-lain. Selain itu, hutan mangrove juga merupakan sumber plasma nutfah. Ekosistem hutan mangrove memiliki produktivitas yang tinggi. Produktivitas primer ekosistem mangrove ini sekitar 400-500 gram karbon/m2/tahun adalah tujuh kali lebih produktif dari ekosistem perairan pantai lainnya (White, 1987).




Permasalahan Pantai
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi timbulnya permasalahan di pesisir pantai yang pada akhirnya dapat merusak kelestarian pantai itu sendiri. Adapun beberapa faktor tersebut antara lain;
A.        Faktor Alam
Sejumlah pantai di kawasan perairan Indonesia banyak yang rusak. Hasil survei Kementerian Pekerjaan Umum  PU 2007 lalu bahkan menyatakan, 20 persen garis pantai Indonesia berada dalam kondisi rusak. Kerusakan diukur hingga sepanjang 95,181kilometer dan menjadi kerusakan terpanjang keempat di dunia setelah Kanada, Amerika Serikat dan Rusia. Dampak kerusakan itu mengancam tenggelamnya keberadaan pulau terluar Indonesia, yaitu Pulau Nipah di kawasan Kepulauan Riau berbatasan dengan Selat Singapura. Faktor alam menjadi penyebabnya banyaknya pantai rusak. Terjadinya pemanasan global sehingga mengakibatkan mencairnya glester di daerah kutub memicu naiknya permukaan air laut, meningkatkan ketinggian gelombang pasang sehingga merusak pantai.
B.        Faktor Manusia
Banyak pihak yang ingin memanfaatkan kelestarian pantai untuk meningkatkan komoditi ekonomi. Pada dasarnya gagasan ini bagus jika dilakukan sesuai aturan. Namun pada praktek kenyataannya pembangunan infrastruktur yang berlebihan dapat mengganggu kelestarian pantai itu sendiri.



Permasalahan hutan Mangrove
Hutan mangrove sejatinya memiliki nilai ekonomis yang tinggi yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar wilayah hutan mangrove. Dari kawasan hutan mangrove dapat diperoleh tiga macam manfaat. Pertama, berupa hasil hutan, baik bahan pangan maupun bahan keperluan lainnya. Kedua, berupa pembukaan lahan mangrove untuk digunakan dalam kegiatan produksi baik pangan maupun non-pangan serta sarana/prasarana penunjang dan pemukiman. Manfaat ketiga berupa fungsi fisik dari ekosistem mangrove berupa perlindungan terhadap abrasi, pencegah terhadap rembesan air laut dan lain-lain fungsi fisik. Menurut Saenger et al. (1983), hutan mangrove juga berperan dalam pendidikan, penelitian dan pariwisata. Hutan mangrove juga berfungsi untuk menopang kehidupan manusia, baik dari sudut ekologi, fisik, maupun sosial ekonomi misalnya untuk menahan ombak, menahan intrusi air laut ke darat, dan sebagai habitat bagi biota laut tertentu untuk bertelur dan pemijahannya. Hutan mangrove dapat pula dikembangkan sebagai wilayah baru dan untuk menambah penghasilan petani tambak dan nelayan, khususnya di bidang perikanan dan garam. Di samping itu, hutan mangrove sebagai suatu ekosistem di daerah pasang surut, kehadirannya sangat berpengaruh terhadap ekosistem-ekosistem lain di daerah tersebut. Pada daerah ini akan terdapat ekosistem terumbu karang, ekosistem padang lamun, dan ekosistem estuari yang saling berpengaruh antara ekosistem yang satu dengan lainnya. Dengan demikian, terjadinya kerusakan/gangguan pada ekosistem yang satu tentu saja akan mengganggu ekosistem yang lain.
Namun dengan seiring berjalannya waktu, keunggulan-keunggulan fungsi hutan mangrove tersebut dirasa masih kurang optimal oleh orang-orang yang pintar dan tidak bertanggung jawab. Salah satu contoh ialah pengalih fungsian hutan mangrove menjadi perkebunan kelapa sawit. Memang benar adanya bahwa hasil dari kelapa sawit lebih menguntungkan dibandingkan hutan mangrove. Namun, hal ini sejatinya tidak akan bertahan lama. 



 Kondisi alam semakin lama semakin tidak bersahabat pemanasan global menyebabkan naiknya permukaan air laut. Hal ini akan berdampak semakin besar gelombang yang akan terjadi disekitar pesisir yang akan berdampak abrasi pada pantai. Jika hal ini terjadi maka lenyaplah sudah pantai dan tak ada lagi yang bisa dimanfaatkan. Bahkan menurut FAO (1982), di kawasan Asia dan Pasifik, areal mangrove juga digunakan sebagai lahan cadangan untuk transmigrasi, industri minyak, pemukiman dan peternakan. Belum lagi di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya alih fungsi hutan mangrove menjadi perumahan mewah marak terjadi. Misalnya saja di surabaya, kawasan elit yang dibangun di daerah timur Surabaya telah mengilangkan puluhan hektar hutan mangrove demi keuntungan finansial. Bagaimana ini bisa terjadi? Apa yang terjadi jika ekosistem dirusak? Tidak kah para pengusaha berfikir apa yang terjadi pada 5-10 tahun mendatang? Jika gelombang pasang tinggi datang lalu menerjang perumahan mewah itu sendiri, berapa banyak kerusakan yang terjadi? Berapa banyak jiwa yang harus melayang? Siapakah yang bertanggung jawab? Lalu siapakah yang pada awal pembangunan memberikan ijin? Mari kita renungkan sejanak. Mewang secara finansial ini adalah bisnis besar yang dapat menghasilkan banyak uang, namun jika keseimbangan alam dikorbankan maka hal buruk bisa datang kapan saja tanpa isyarat pemberitahuan sebelumnya.




                                                          





Alternatif Penyelamatan pantai

Disadari atau tidak, suka atau tidak kenyataannya bahwa keberlangsungan hidup makhluk hidup terutama manusia sangat bergantung pada lingkungan hidup tempat ia tinggal baik lingkungan darat, udara, maupun lautan. Lingkungan hidup yang dimaksud di sini adalah lingkungan alam sebagai tempat tinggal, tempat bekerja, tempat berinteraksi dengan orang lain maupun alam. Sumberdaya alam tertentu juga mempunyai keterbatasan menurut ruang dan waktu. Oleh sebab itu diperlukan pengelolaan sumberdaya alam yang baik dan bijaksana. Antara lingkungan dan manusia saling mempunyai kaitan yang erat. Ada kalanya manusia sangat ditentukan oleh keadaan lingkungan di sekitarnya. Keberadaan sumberdaya alam, air, tanah dan sumberdaya yang lain menentukan aktivitas manusia sehari-hari. Kita tidak dapat hidup tanpa udara dan air. Sebaliknya ada pula aktivitas manusia yang sangat mempengaruhi keberadaan sumberdaya dan lingkungan di sekitarnya. Kerusakan sumberdaya alam banyak ditentukan oleh aktivitas manusia. Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijakan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup, sedangkan yang dimaksud lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. perencanaan penyelamatan pesisir dibutuhkan karena Indonesia rentan terhadap dampak perubahan iklim. "Jika air laut naik 50 cm, diperkirakan 2.000 pulau kita akan hilang. Semua pihak mengakui bahwa program pemerintah dalam upaya rehabilitas dan mitigasi merupakan sebuah langkah setrategis untuk menjaga kelestarian hutan mangrove, Akan tetapi pada kenyataanya program tersebut kurang berhasil. Menurut penulis ada dua aspek yang perlu ditempuh atau dilakukan untuk mendukung program pemerintah tersebut agar berjalan lancar dan berhasil, yaitu: Pertama, Keterlibatan/partisipasi Masyarakat. Peran serta atau keterlibatan masyarakat dalam upaya pengembangan wilayah, khususnya rehabilitasi hutan mangrove sangan penting dan perlu dilakukan. Pemerintah baik pusat maupun daerah harus memberikan kesempatan pada masyarakat untuk ikut serta terlibat dalam pengelolaan dan pelestarian hutan mangrove. Selamatkan Ekosistem Hutan Mangrove. Demi lingkungan bumi, demi anak cucu manusia, demi masa depan planet ini, dan demi bumi yang lebih bersahabat bagi manusia. Beri dukungan (moral dan material) pada usaha-usaha yang bertujuan menjaga kelestarian hutan mangrove, baik itu di dunia maupun di Indonesia. Beri dukungan bagi kebijakan-kebijakan pelestarian hutan mangrove dan lawan segala bentuk eksploitasi hutan mangrove demi kepentingan ekonomi. Berikan pendidikan pelestarian lingkungan sejak dini. Dan ajarkan bahwa pelestarian hutan adalah salah satu cara membuat bumi semakin baik.